Jambi, 30 Mei 2013
Pagi itu suasana masih sepi. Embun pun masih bersembunyi di balik
dedaunan. Dingin masih menyergap dalam diam. Namun, berbeda keadaan dengan
rumahku. Di rumahku ramai, heboh, dan tak karuan. Ibu ku yang mengomel, ayah ku
yang sibuk memanaskan motor tua nya, kaka ku yang tidur Malayak1 (telentang tak beraturan), atau abang ku dan
istrinya yang sibuk beli donat untuk anak tersayang nya Echa. Walaupun Echa
hanya sanggup memakan sebuah donat tiap pagi, tetapi abangku selalu membeli
delapan donat. Tidak cukup untuk Echa katanya. Alibi!
“Winda… Bangun, sudah pagi. Sekolah ga?” Ucap Ayah ku. Aku
tersentak kaget. Aku yang masih setengah sadar hanya melambaikan telapak
tanganku.
“Bapak tinggali kamu nanti. Jalan kaki lah kamu sekolah!” ayah ku
pergi meninggalkan aku yang masih tidur di sebelah kakakku. Maklum rumah kami
memang cukup kecil untuk seorang PNS (Pegawai Negeri Sipil) golongan 3A seperti
ayahku. Rumahku hanya memiliki dua buah kamar, satu ruang tamu, satu dapur, dan
satu kamar mandi. Menyebalkan memang, untuk berbicara pun kau tak usah teriak.
Berbisik pun akan terdengar ke seluruh penjuru rumah.
Aku yang masih bermalas-malasan kini sudah beranjak dari tempat
tidur. Masih duduk, belum berdiri. Namun, aku mengambil handphone ku.
Memicing kan sebelah mataku, dan mengamati lekat-lekat layar ponsel ku.
Ternyata sudah pukul setengah tujuh pagi. TIDAAAKKKKK!!!!!!
Aku berlari menuju kamar mandi. Mengalungkan handukku dan
tiba-tiba…
“Win, cepat. Mamak sak cirik2.” Teriak Ibu ku.
“Aku baru masuk. Bentar lagi. Terlambat aku nanti.”
“Dak tertahan nah. Cepattttt.”
Aku langsung berlari ke luar dengan memakai handuk. Mennggalkan
ibu ku yang sudah sedari tadi menahan feses3 nya yang sudah
tidak bisa tertahan. Aku buru-buru memakai baju. Menyiapkan semuanya agar aku
tidak terlambat. Aku berjalan keluar menutup pintu kamarku rapat-rapat. Dan
meninggalkan kakakku yang masih tertidur.
Aku menatap jam. Lega sudah pikirku, langsung pergi dan tidak akan
terlambat. Karena waktu masih menunjukkan pukul 06.50 pagi.
“Ayo, pa berangkat.” Ajak ku pada ayah ku. Dan ternyata dia belum
bersiap sedikitpun. Masih duduk bersama keponakan ku.
“ayolah pa. terlambat nah.” Kata ku.
“tadi ga mau bangun. Lama banget sih.” Aku hanya terduduk
memperhatikan waktu yang terus bergulir. Makin lama makin menuju pukul tujuh
pagi. Dan sudah pukul setengah delapan. Aku ingin sekali menanis rasanya.
Ayahku sudah siap. Saatnya aku berangkat.
Sesampainya di sekolah…
Aku terlambat.
Malayak : Tidur
telentang tak beraturan
Sak Cirik
: Buang air besar
Feses : Kotoran Manusia