Sunday, 16 June 2013

Terlambat Sekolah



Jambi, 30 Mei 2013
Pagi itu suasana masih sepi. Embun pun masih bersembunyi di balik dedaunan. Dingin masih menyergap dalam diam. Namun, berbeda keadaan dengan rumahku. Di rumahku ramai, heboh, dan tak karuan. Ibu ku yang mengomel, ayah ku yang sibuk memanaskan motor tua nya, kaka ku yang tidur Malayak1 (telentang tak beraturan), atau abang ku dan istrinya yang sibuk beli donat untuk anak tersayang nya Echa. Walaupun Echa hanya sanggup memakan sebuah donat tiap pagi, tetapi abangku selalu membeli delapan donat. Tidak cukup untuk Echa katanya. Alibi!
“Winda… Bangun, sudah pagi. Sekolah ga?” Ucap Ayah ku. Aku tersentak kaget. Aku yang masih setengah sadar hanya melambaikan telapak tanganku.
“Bapak tinggali kamu nanti. Jalan kaki lah kamu sekolah!” ayah ku pergi meninggalkan aku yang masih tidur di sebelah kakakku. Maklum rumah kami memang cukup kecil untuk seorang PNS (Pegawai Negeri Sipil) golongan 3A seperti ayahku. Rumahku hanya memiliki dua buah kamar, satu ruang tamu, satu dapur, dan satu kamar mandi. Menyebalkan memang, untuk berbicara pun kau tak usah teriak. Berbisik pun akan terdengar ke seluruh penjuru rumah.
Aku yang masih bermalas-malasan kini sudah beranjak dari tempat tidur. Masih duduk, belum berdiri. Namun, aku mengambil handphone ku. Memicing kan sebelah mataku, dan mengamati lekat-lekat layar ponsel ku. Ternyata sudah pukul setengah tujuh pagi. TIDAAAKKKKK!!!!!!
Aku berlari menuju kamar mandi. Mengalungkan handukku dan tiba-tiba…
“Win, cepat. Mamak sak cirik2.” Teriak Ibu ku.
“Aku baru masuk. Bentar lagi. Terlambat aku nanti.”
“Dak tertahan nah. Cepattttt.”
Aku langsung berlari ke luar dengan memakai handuk. Mennggalkan ibu ku yang sudah sedari tadi menahan feses3 nya yang sudah tidak bisa tertahan. Aku buru-buru memakai baju. Menyiapkan semuanya agar aku tidak terlambat. Aku berjalan keluar menutup pintu kamarku rapat-rapat. Dan meninggalkan kakakku yang masih tertidur.
Aku menatap jam. Lega sudah pikirku, langsung pergi dan tidak akan terlambat. Karena waktu masih menunjukkan pukul 06.50 pagi.
“Ayo, pa berangkat.” Ajak ku pada ayah ku. Dan ternyata dia belum bersiap sedikitpun. Masih duduk bersama keponakan ku.
“ayolah pa. terlambat nah.” Kata ku.
“tadi ga mau bangun. Lama banget sih.” Aku hanya terduduk memperhatikan waktu yang terus bergulir. Makin lama makin menuju pukul tujuh pagi. Dan sudah pukul setengah delapan. Aku ingin sekali menanis rasanya.
Ayahku sudah siap. Saatnya aku berangkat.
Sesampainya di sekolah…
Aku terlambat.




 Malayak       : Tidur telentang tak beraturan
Sak Cirik      : Buang air besar

Feses           : Kotoran Manusia